Baru saja kita dikejutkan dengan kekalahan Timnas Indonesia di ajang Pra
Piala Dunia melawan Bahrain yang berkesudahan 10-0 bagi kekalahan
timnas Indonesia, hal yang harus diperlu dimbail pelajaran bagi semua
pengurus PSSI untuk memperbaiki citra ini karena hal seperti ini akan
membekas lama di hati rakyat Indonesia khususnya pecinta sepakbola, tapi
ternyata itu bukanlah hal yang pertama kali terjadi, dari yang
apasih.com kumpulkan ternyata timnas Indonesia memiliki beberapa cerita
kelam dimasa lampai hingga kini, berikut kita simak 10 Catatan Paling
Kelam Selama Sejarah TimNas PSSI.
1. Mogok di debut regional, vs Thailand 1-1, SEA Games 1977
Untuk kali pertama Indonesia berpartisipasi di pesta olahraga negara
Asia Tenggara, SEA Games. Di cabang sepakbola, Indonesia disematkan
status favorit karena sudah langganan tampil di turnamen antarnegara
seperti Merdeka Games, Piala Raja Thailand, atau Piala Presiden Korea
Selatan. Status favorit kian lantang ketika Indonesia mampu mengalahkan
tuan rumah Malaysia 2-1 pada laga debut SEA Games.
Setelah laga itu, skuad Indonesia menuding kubu tuan rumah menerapkan
strategi tidak sportif dengan jadwal ketat. Puncaknya terjadi ketika di
laga semi-final Indonesia memprotes kepemimpinan wasit Othman Omar,
asal Malaysia, yang dianggap berat sebelah. Pemain Indonesia berkelahi
dengan Thailand dan wasit menghentikan pertandingan pada menit ke-60
pada kedudukan 1-1. Indonesia menolak melanjutkan laga sehingga panitia
memberikan kemenangan kepada Thailand. Indonesia pun melanjutkan protes
dengan mogok bertanding pada pertandingan perebutan medali perunggu
melawan Burma.
2. Super-Mokh membungkam Senayan, vs Malaysia 0-1, SEA Games 1979
Setelah kasus mogok pada partisipasi debut, Indonesia berhasil melaju ke
babak puncak SEA Games 1979 yang digelar di kandang sendiri. Ratusan
ribu pasang mata memadati Senayan berharap Indonesia mampu melengkapi
gelar juara umum dengan medali emas cabang primadona, sepakbola. Apalagi
musuh di laga puncak adalah seteru abadi, Malaysia. Harapan masyarakat
Indonesia musnah di kaki penyerang legendaris Harimau Malaya, Mokhtar
Dahari. Memanfaatkan kecerobohan Ronny Pattinasarany, pemain berjuluk
Super-Mokh itu berhasil membobol gawang Ronny Paslah pada menit ke-21.
Indonesia gagal membalas sepanjang sisa pertandingan dan rivalitas dua
negara tetangga ini pun kian dalam.
2. Raksasa melawan liliput, vs Fiji 3-3, Kualifikasi Piala Dunia 1982
Indonesia tak mampu mengalahkan Fiji, negara seukuran provinsi Nusa
Tenggara Barat, dalam dua pertemuan pada kualifikasi Piala Dunia 1982.
Tergabung di Sub Grup A kualifikasi Piala Dunia 1982 bersama Selandia
Baru, Australia, Taiwan, dan Fiji, Indonesia nyaris saja terhempas
menjadi juru kunci.
Hasil buruk dibukukan pada empat laga pertama ketika dibekuk Selandia
Baru 2-0 dan 5-0, kandang dan tandang, menyerah 2-0 dari Australia di
Melbourne, dan bermain imbang 0-0 melawan tuan rumah Fiji. PSSI
memutuskan mengganti pelatih Harry Tjong dengan Endang Witarsa. Di
Senayan, dua hari sebelum melawan Fiji, seperti dilansir Tempo, manajer
Syarnoebi Said akan menyuruh pemain Indonesia bersumpah guna menepis
kecurigaan kemungkinan disuap. Di lapangan, Indonesia sempat unggul 3-1
sebelum akhirnya disamakan 3-3 oleh Fiji hingga pertandingan berakhir.
Beruntung Indonesia selamat dari posisi juru kunci setelah menaklukkan
Australia 1-0 pada laga pamungkas yang sudah tidak menentukan.
4. Antiklimaks Garuda 1, vs Thailand 0-7, SEA Games 1985
Hanya empat bulan setelah sukses menjuarai Sub Grup B kualifikasi Piala
Dunia 1986 dan hanya kalah dari Korea Selatan yang lolos ke Meksiko,
Indonesia tidak tampil dengan standar yang sama di SEA Games di
Thailand. Padahal Indonesia tampil dengan sisa-sisa skuad Garuda 1 yang
berlatih khusus di Brasil. Bedanya, Bertje Matulapelwa ditunjuk menjadi
pelatih menggantikan Sinyo Aliandoe.
Pada partisipasi kali ini, Indonesia hanya mampu bermain imbang sekali
dalam empat pertandingan. Puncaknya adalah kekalahan telak 7-0 dari tuan
rumah Thailand di semi-final. Usai SEA Games, Bertje tetap dipercaya
PSSI menangani timnas. Seperti diketahui, Bertje kemudian sukses membawa
Indonesia menempati peringkat keempat Asian Games 1986. Kegagalan SEA
Games rupanya menjadi pelecut Indonesia untuk melaju jauh di Asian
Games dan kemudian sukses menjuarai SEA Games 1987 yang digelar di
Jakarta.
5. Gol bunuh diri Mursyid Effendy, vs Thailand 2-3, Piala Tiger 1998
Untuk menghindari tuan rumah sekaligus favorit Vietnam di semi-final,
Indonesia dan Thailand "menolak" menang pada pertandingan terakhir babak
penyisihan Grup A. Kedua tim sudah dipastikan lolos ke semi-final,
tetapi hasil imbang saja sudah cukup bagi Thailand untuk menempati
posisi runner-up dan terhindar dari laga melawan Vietnam.
Ketidakseriusan memuncak usai jeda.
Indonesia memimpin dua kali sebelum selalu disamakan Thailand.
Puncaknya, pada menit ke-90 Mursyid Effendi melesakkan bola ke dalam
gawang sendiri! Thailand menang 3-2 dan berhadapan dengan Vietnam di
semi-final. Ketua Umum PSSI Azwar Anas menyambut kepulangan timnas di
bandara dan sambil berlinang air mata menyatakan pengunduran diri karena
insiden memalukan itu. Setelahnya, Mursyid juga mendapat sanksi
larangan bermain untuk timnas seumur hidup oleh FIFA.
6. Antiklimaks di Negeri Tirai Bambu, vs Cina 0-5, Piala Asia 2004
Bersama pelatih Bulgaria yang senantiasa didampingi penerjemah bahasa
Indonesia, Ivan Kolev, membawa Garuda mengejutkan Asia dengan
menundukkan Qatar 2-1 pada laga perdana Grup A Piala Asia 2004. Hasil
tersebut menyebabkan Qatar memecat pelatih Philippe Troussier. Optimisme
pun melambung karena minimal Indonesia membutuhkan satu poin tambahan
melawan Cina dan Bahrain pada dua laga susulan. Nyatanya, Indonesia
tampil lesu pada laga kedua menghadapi tuan rumah Cina. Alex Pulalo
mendapat kartu merah pada menit ke-29 dan Garuda menyerah 5-0.
Pada laga terakhir Indonesia dikalahkan Bahrain 3-1 dan gagal masuk
delapan besar. Kolev kemudian tidak melanjutkan tugas sebagai pelatih
dan digantikan oleh Peter Withe untuk Piala AFF tahun yang sama. Tim
besutan Withe, dengan mengandalkan bintang baru seperti Boaz Solossa dan
Ilham Jayakesuma, tampil mempesona di turnamen tersebut.
7. Blunder Garuda Muda, vs Suriah 0-7, kualifikasi Piala Dunia 2010
Gairah publik meningkat setelah penampilan Indonesia di Piala Asia 2007
yang terbilang memuaskan meski gagal lolos ke babak perempat-final.
Semangat melaju jauh di kualifikasi Piala Dunia pun mengapung ketika
berhadapan dengan Suriah di babak eliminasi. Apa lacur, 9 November,
Indonesia harus mengakui keunggulan tim tamu 4-1. Merasa tak lagi punya
peluang, Indonesia mengirimkan tim U-23 yang disiapkan mengikuti SEA
Games 2007. Kebijakan itu terbukti menjadi blunder. Garuda Muda menyerah
7-0 di Damaskus dan gagal total di Nakhon Rachasima, Thailand. Pelatih
Ivan Kolev yang dipuja-puja saat Piala Asia pun sontak kehilangan
kepercayaan PSSI dan digantikan dengan Benny Dollo di awal 2008.
8. Tersandung di Bukit Jalil, vs Malaysia 0-3, leg pertama final Piala AFF 2010
Sejengkal lagi perjuangan Indonesia mengakhiri puasa gelar sejak 1991
akan terwujud di Piala AFF 2010. Indonesia selalu menang dalam tiga
pertandingan penyisihan grup dan dua laga semi-final melawan tim kejutan
Filipina. Lawan di laga puncak adalah Malaysia, tim muda yang ditelan
5-1 pada laga pembuka di Senayan.
Dengan segala sorotan dan eksploitasi terhadap tim asuhan Alfred Riedl,
termasuk dengan kegiatan tim mengikuti pengajian sebelum laga final,
Indonesia tersandung di Bukit Jalil. Malaysia mengejutkan dengan
kemenangan 3-0 dan hasil itu hanya mampu dibalas 2-1 pada laga kedua di
Senayan beberapa hari berselang. Harapan publik untuk berprestasi pun
kembali pupus. Enam bulan setelah turnamen, terjadi pergantian
kepemimpinan PSSI dan Riedl secara kontroversial dipecat untuk
digantikan dengan Wim Rijsbergen.
9. Skandal Senayan, vs Yugoslavia Selection 2-3, Laga eksebisi
Almarhum Tony Pogacnik tercenung setiap kali ditanya wartawan tentang
peristiwa memalukan yang terjadi di tengah persiapan Indonesia
menghadapi Asian Games 1962 di negeri sendiri. Persiapan untuk cabang
sepakbola digelar serius dengan menggelar pelatnas dan membentuk dua
tim, Banteng dan Garuda.
Sejumlah laga ujicoba digelar, antara lain menghadapi Torpedo Moskwa dan
Yugoslavia Selection. Pada kekalahan 3-2 melawan Yugoslavia Selection
disinyalir sejumlah pemain timnas menerima suap. Pogacnik bahkan sampai
berlinang air mata ketika kepolisian memeriksa dan menahan beberapa
pemain atas tuduhan tersebut. Pada akhirnya, Pogacnik terpaksa membentuk
tim yang sama sekali baru. Di Asian Games, Indonesia gagal terbang
tinggi dan tersisih di penyisihan grup.
10. Tragedi Manama, vs Bahrain 0-10, Kualifikasi Piala Dunia 2014
Terakhir, tentu saja hasil yang baru saja terjadi di pertandingan
terakhir kualifikasi menuju Brasil 2014. Tak lagi punya peluang,
ditambah dengan masalah dualisme kompetisi, PSSI memberangkatkan tim
yang hanya diisi para pemain dari kompetisi legal. Wim Rijsbergen tidak
lagi menjadi pelatih dan Aji Santoso dipercaya menukangi tim. Hasil
buruk rupanya merusak laga debut Aji serta sebagian besar para pemain di
ajang internasional. Kekalahan 10-0 di Manama ini merupakan yang
terbesar dialami Indonesia sepanjang sejarah, melampaui rekor 9-0 ketika
dikalahkan Denmark pada 1974.yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar